Welcome to My Blog
animasi blog

Cafe Puisi (Sedap dan Bergema)


Ngopi Sambil Berpuisi

Bagi anak bahasa berpuisi itu hal biasa, yang membuat beda adalah ketika berpuisi dipadukan dengan secangkir kopi, sedap dan bergema. Berpuisi hendaklah dibuat dalam suasana santai layaknya meneguk kopi yang masih hangat, tak perlu terburu-buru, hanya perlu menikmati setiap iramanya. Kali ini segenap anggota organisasi Hima PBSI UPGRIS mencoba melakukan hal tersebut guna merangkul tali persaudaraan antarsesama mahasiswa PBSI UPGRIS. 


Pada tanggal 27 April 2017, Hima PBSI UPGRIS mengadakan kegiatan "Ngopi Sambil Berpuisi". Kegiatan tersebut bertempat di Gedung PKM Lantai 1, UPGRIS, pukul 18.30 WIB. Kegiatan ini diikuti oleh segenap mahasiswa PBSI dan mengundang alumni. Pembicara yang dihadirkan sudah tak asing lagi bagi mahasiswa PBSI UPGRIS, yaitu Bapak Setia Naka Andrian, S.Pd., M.Pd. 




Ketika memasuki ruang kegiatan, para peserta disambut hangat oleh anggota Hima PBSI dan dipersilakan duduk (di karpet). Kemudian peserta diberi segelas kopi dan jajan pasar (pisang dan singkong yang telah direbus). Mengenai dekorasi tempat, terlihat sederhana, pada sisi depan, samping kanan dan kiri ditutup dengan kain hitam. Bagian panggung menggunakan hiasan pohon dengan lampu led yang memancarkan cahaya kecilnya yang memberi kesan hangat. 

Keika suasana telah ramai, semua peserta yang hadir sudah tak sabar menunggu Pak Naka, tiba-tiba beliau datang dari belakang peserta dengan mengenakan pakaian yang terkesan santai, kaos merah dengan celana berwarna hitam dan topi yang berwarna hitam juga. Pada topi dan kaosnya bertuliskan kembar "Penyair Mana yang Tidak Romantis". Dengan gaya berbicaranya yang khas, beliau pun mulai berbicara dan berpuisi. 







Di pertengahan acara, Pak Naka menyinggung bagaimana seseorang menciptakan puisi. Tilas Seorang Penyair, Tilas adalah bekas dari sesuatu pada masa lampau (bangunan  dsb). Jadi, seorang penyair dalam menulis puisi-puisinya seakan menyibak tilas, menjahit ragam bekas yang masih tersisa dan menggenangi benak dan batinnya. Penyair mengumpulkan segala sesuatu dari yang telah ia lewati, masa lampau dirinya saat menginjak tanah di suatu tempat, memotret bangunan, manusia di sebuah kampung, perempuan kota di malam hari, dan lainnya. Dari segala bekas-bekas pijakan yang telah dilewati penyair itu, kemudian puisi diciptakan. Seperti contoh puisi berikut ini.


Menginap di Wonocolo

Oleh Kiki Sulistyo, Media Indonesia, 2 april 2017

kami percaya bahwa Surabaya masih pagi
meski matahari sudah tinggi dan anak-anak kuliahan
bertemu kuli-kuli rendahan di jalanan yang susah
dibaca tanpa petunjuk arah

Lubet membaca buku teater,
aku mendengar Gombloh
dari mesin pemutar dan merogoh pikiranku sendiri
yang tiba-tiba membayangkan
monster-monster industri
memasuki kos-kosan ini

tapi sepi, sungguh sepi
seperti merayap di atap-atap rumah tetangga

semua yang terlambat bangun adalah yang terlambat
membangunkan
para ahli-hisap masih terlelap di kamar-kamar pengap
setelah semalaman dimabukkan asap dari tembakau
pribumi
berkilo-kilo meter dari sini, yang dikemas dengan
lisensi luarnegeri
dan ancaman pengangguran yang meremas-cemas
petani

kami percaya bahwa Surabaya adalah kawan sebaya
karenanya kami semalam saja disini, supaya nanti
bisa berkunjung lagi, membawa langit di junjungan
membawa bumi di pijakan

Setelah selesai menyampaikan materi, kemudian panitia kegiatan meminta peserta untuk membuat puisi, akan ada hadiah istimewa bagi puisi yang terpilih nantinya. Untuk meramaikan acara, rupanya panitia telah menyiapkan hiburan yaitu pembacaan puisi. Seperti layaknya acara lainnya, acara ini juga membagi-bagikan doorprize bagi yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pantia, suasananya begitu ramai, sertiap peserta berlomba-lomba mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan tersebut. 

Acara ini memberikan banyak manfaat, kesan senang dan mengantuk itu jelas, karena acara ini diadakan pada malam hari, meski sudah meminum kopi, terlihat dari beberapa peserta ada yang mengantuk. Acara ini juga dapat meningkatkan tali persaudaraan antarmahasiswa PBSI UPGRIS tanpa melihat status dan jabatan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ulasan Cerpen Gadis Beralis Tebal Bermata Cemerlang Karya A. Mustofa Bisri

 Ilustrasi oleh Wayan Kun Adnyana/Kompas Cerpen berjudul “Gadis Kecil Beralis Tebal Bermata Cemerlang" karya A. Mustofa Bisri ...